Peran Knowledge Management pada Perubahan yang Dilakukan
Dahlan Iskan terhadap PLN
Semenjak
diangkat menjadi Dirut PLN yang baru menggantikan Fahmi Mochtar, sosok Dahlan
Iskan mulai menarik perhatian publik. Pribadinya dikenal sebagai seseorang yang
pintar, tegas, lugas serta sederhana. Beliau terpilih sebagai Dirut PLN karena
konsep radikal yang dikemukakannya untuk mengeluarkan PLN dari krisis
kelistrikan yang terjadi di Indonesia serta idenya untuk menghemat penggunaan
bahan bakar minyak dengan mengalihkannya ke gas. Pengalamannya selama 6 tahun
dalam usaha penyediaan listrik swasta turut menjadi bekal untuk menghadapi
masalah-masalah di PLN nanti, jadi bisa dikatakan beliau bukan orang awam lagi
dalam masalah kelistrikan. Selama menjabat sebagai Dirut PLN beliau juga sering
memuji betapa cerdasnya sebenarnya jajaran direksi yang telah dimiliki PLN
selama ini. Beliau menemukan bahwa sebenarnya para pegawai PLN ini sudah berpikiran
logis serta memiliki banyak ide cerdas dan kreatif dalam menghadapi berbagai
persoalan yang dihadapi PLN, hanya saja mereka kesulitan dalam menemukan muara
yang tepat bagi ide-ide tersebut. Disinilah Bapak Dahlan Iskan masuk dan memberi
arahan pada ide-ide serta membantu menggali ide tersebut secara mendalam sehingga
dapat menemukan muaranya, mengeksekusi berbagai ide yang ada secara tepat serta
kemudian menerapkannya. Beliau memediasi berbagai ide yang dilontarkan oleh
para anggota Direksi, bagaimana ide itu dapat digunakan dan dimanfaatkan
sebagai cara yang efektif dalam menyelesaikan masalah.
Jika dihubungkan
dengan knowlege management, Bapak
Dahlan Iskan bisa dikatakan sudah sangat memahami konsep tersebut. Di era
sekarang ini, kemajuan teknologi sudah dapat diikuti dengan cepat oleh berbagai
organisasi, yang membedakannya hanyalah dari sumber daya manusianya, knowledge yang dimiliki oleh setiap
pegawai dalam organisasi tersebut. Beliau sadar betul kemampuan serta
pengetahuan pegawai-pegawai PLN yang pada umumnya merupakan sarjana teknik dari
berbagai Universitas terkemuka di negeri ini sudah diatas rata-rata, hanya saja
mereka perlu diberikan kebebasan dalam menyampaikan serta merealisasikan
ide-ide yang mereka miliki. Kebebasan inilah yang kemudian diberikan beliau
dalam mengelola knowledge management
para pegawai salah satu perusahaan BUMN ini. Salah satu contohnya yaitu dengan
mengubah proses rapat yang biasanya formal dan menegangkan menjadi suatu proses
diskusi dan saling berbagi cerita yang mengasyikkan mengenai berbagai
permasalahan serta solusi yang dapat ditemukan oleh para jajaran direksi dalam
menghadapi problematika yang muncul.
Selama
menjabat sebagai Dirut PLN, beliau juga tidak pernah menduduki kursi Direktur
di ruangannya. Beliau lebih suka duduk di kursi tanpa meja, karena menurutnya
konsep menduduki kursi Direktur dengan kekuasaan yang begitu besar membuatnya
bergidik dan tidak enak, apalagi jika harus berbicara dengan pegawai lainnya
dari kursi tersebut. Selaku Dirut PLN beliau juga tidak lantas mengatur, mengarahkan
secara terus menerus dan rinci kepada bawahannya dalam menyelesaikan setiap
persoalan yang ada. Pengelolaan knowledge
mangementnya selain menekankan kebebasan juga dilandasi oleh kepercayaan. Kepercayaan
beliau bahwa pegawai-pegawai PLN ini merupakan orang-orang yang berkompeten di
bidangnya sehingga tidak perlu pemberian instruksi-istruksi serta arahan secara
mendetail dan rinci dalam pembagian tugas. Hal itu hanya akan membuat orang
tersebut menjadi seperi bebek, begitu tuturnya. Dibandingkan instruksi-instruksi
terperinci yang hanya akan membuat seseorang menjadi bergantung dan seperti
robot, beliau meyakini bahwa lebih penting bagi para karyawan untuk tahu apa pandangan,
tujuan, serta arahan secara umum mengenai apa-apa yang sebenarnya ingin dicapai
oleh pimpinan mereka, yaitu Bapak Dahlan Iskan sendiri.
Demi memberikan
hal tersebut kepada seluruh karyawannya, akhirnya dibentuklah suatu sistem knowledge management di PLN berupa CEO
note. Sistem knowledge management ini
menggunakan teknologi komunikasi informasi berupa note yang berbasis diskusi,
yang berfungsi untuk mendorong kolaborasi antara para karyawan dalam berbagi pengetahuan.
Note ini dibuat sebagai tempat bagi beliau dan para jajaran Direksi untuk turut
serta berbagi ilmu pengetahuan kepada 50.000 karyawan PLN lainnya yang tersebar
di seluruh Indonesia. Melalui note ini beliau menceritakan pengalaman-pengalamannya
selama menjabat sebagai Dirut PLN, bagaimana beliau menghadapi problematika
yang terjadi di lapangan, maupun topik-topik menarik diluar permasalahan PLN
yang tetap dapat menjadi bahan pembelajaran yang menarik bagi seluruh karyawan.
Beberapa note yang saya baca juga mengungkapkan pendapat-pendapat pribadinya
akan suatu isu, sentilan terhadap politik di Indonesia, pujian serta
kekagumannya terhadap beberapa pemimpin daerah serta daerah itu sendiri, yang
tentu saja tetap sarat akan pembelajaran, tidak hanya bagi karwayan PLN, tapi
juga orang awam seperti saya. Tulisan beliau juga turut memotivasi karyawan
untuk bersama-sama melangkah maju menghilangkan citra buruk yang sempat dimilki
PLN. Saling berbagi pengetahuan mengenai pengalaman-pengalaman yang dihadapi di
lapangan melalui media elektronik ini juga merupakan salah satu metode belajar
yang sangat efektif daripada sekedar membaca teori di buku.
Hingga masa jabatan
beliau berakhir, PLN telah mampu mengatasi krisis listrik yang terjadi di Indonesia ,
serta melakukan penghematan energi dengan mengurangi penggunaan BBM yang
dikonversikan ke gas. Selain dikarenakan pribadinya yang sederhana dan cerdas,
serta kemampuannya dalam menciptakan iklim untuk maju dalam internal PLN, kesuksesan
yang diperolehnya juga didorong oleh keinginan jajaran Direksi dan seluruh karyawan
itu sendiri untuk memajukan dan mengembangkan PLN menjadi lebih baik.
Daftar Pustaka
Armstrong, Michael. 2010. Armstrong’s Essential Human
Resource Management Practice. India :
Replica Press Pvt Ltd.
Iskan, Dahlan. 2010. Dua Tangis dan Ribuan Tawa. Jakarta: Elex Media
Komputindo
Internet:
http://dahlaniskan.wordpress.com/profil-dahlan-iskan/. Diakses pada tanggal 6 Mei 2012.