Rabu, 29 April 2020

Identifikasi Dini Gangguan Pendengaran, Bisa Dimulai dari Rumah


Selamat pagi..

Akhirnya.. saya akan mulai aktif ngeblog lagi, tapi kali ini akan khusus seputar masalah kesehatan pendengaran dan keseimbangan yang kemarin sempat saya pelajari saat mengemban studi. 

Tahukah Mom, ada banyak sekali hal yang bisa menyebabkan gangguan pendengaran pada anak, beberapa diantaranya adalah infeksi virus pada masa kehamilan dan kelahiran bayi prematur yang disertai jaundice (kondisi bilirubin tinggi yang menyebabkan warna kuning padai kulit dan bagian putih mata bayi). Oleh karena itu, identifikasi dini terhadap adanya gangguan pendengaran pada anak ini berperan sangat penting terhadap perkembangan bahasanya di masa mendatang. 

Mengapa? Karena pada usia tiga tahun pertama, ada pertumbuhan yang luas di struktur otak yang berhubungan erat dengan bahasa. Selama masa ini, keluarga memiliki peran penting untuk menyediakan lingkungan yang kaya bahasa untuk memperkaya kosa kata bahasa mereka, terutama untuk kompetensi komunikatif. Studi oleh Snow (1991, dikutip dalam Davis 2010) pada anak-anak dengan dukungan keluarga yang kurang menunjukkan bahwa setelah usia 7 tahun, kemampuan untuk mengembangkan bahasa menurun. Mereka masih mampu mengembangkan kosa kata, tetapi lebih sulit untuk belajar tentang struktur gramatikal dan fonemik pada usia itu tanpa latihan yang terencana dan rutin.

Nah, ada beberapa cara mudah yang Moms dapat lakukan dari rumah untuk mendeteksi gangguan pendengaran pada anak sesuai dengan usia dan tahap perkembangannya.

          1.  Newborn baby (Usia dibawah 4 minggu)

Pada usia ini, bayi akan bereaksi terhadap suara keras dengan berkedip ataupun tersentak kaget pada suara keras yang mendadak. Mom bisa mengecek reaksi ini dengan bertepuk tangan di depan anak.
Reaksi lain yang umumnya muncul adalah terdiam pada suara lebih kecil yang berkelanjutan. Misalnya, Mom membunyikan lonceng atau menyetel lagu sebagai backsound dan perhatikan bagaimana reaksinya.

          2.  Infant (Bayi usia dibawah 12 bulan)

Bayi pada usia ini masih menunjukkan reaksi terhadap suara sama halnya seperti saat ia berusia dibawah 4 minggu. Perbedaannya, pada usia ini umumnya mereka sudah mulai memberikan reaksi berbeda terhadap suara yang familiar. Misalnya terdiam atau tersenyum mendengar suara Ibu, mengeluarkan celotehan gembira ataupun tertawa saat diajak bicara atau senang, serta menolehkan kepalanya kearah sumber suara. Mom bisa memperaktekkan hal diatas untuk melihat reaksi anak.


Menginjak usia 9 bulan, bayi akan mulai berteriak untuk mendapat perhatian. Ia juga mulai mengeluarkan celotehan yang keras dan berirama dalam suku kata yang panjang dan berulang, seperti papapa, mamama, dan agagaga. 
Pada anak tuli, umumnya suara yang dihasilkan tidak berprogres menjadi celotehan seperti diatas dan cenderung monoton.

          3.  Toddler (Anak usia 12 – 24 bulan)

Anak sudah mengetahui namanya dan langsung menoleh saat dipanggil. 
Ia juga mulai bisa memahami instruksi sederhana yang disertai dengan gestur, misalnya “berikan itu ke Mama, dimana hidung?, jangan sentuh”. 
Anak juga mulai menggunakan beberapa kata, seperti Papa, Mama dan mengucapkan 2 – 50+ kata seiring bertambahnya usia.
Berkomunikasi dengan kita apa yang diinginkan melalui suara disertai dengan gestur tangan, seperti menunjuk sambil berceloteh keras.
Menikmati lagu anak-anak dan mencoba untuk ikut bersenandung.
Bisa memberi nama benda-benda yang ia familiar dan kenali dengan benar.
Menginjak usia 2 tahun, anak akan mulai bisa menggabung 2 kata atau lebih untuk membentuk kalimat sederhana.

          4.  Anak (Usia diatas 2 tahun)

Menginjak usia 2.5 tahun, jumlah kata yang digunakan anak bertambah hingga 200+ kata. Ia juga mulai banyak bertanya, diawali dengan kata apa dan siapa.
Pada usia 3 tahun, anak akan mulai bicara dengan memodulasi kenyaringan dan nada. Ia mengetahui beberapa lagu anak untuk diulang dan dinyanyikan dan mulai bisa menghafal angka sampai 10 atau lebih. Sebagian besar kosakatanya juga dapat dipahami oleh orang asing diluar lingkungan sehari-hari.
Usia 4-5 tahun, anak umumnya sudah mulai berbicara dengan susunan kalimat yang benar dan mudah dipahami. Ia akan sering bertanya mengenai kata-kata abstrak yang tidak dipahami, kemudian menggunakannya dalam percakapan. Pada usia ini anak sudah bisa diajak untuk melakukan tes pendengaran audiometry lengkap.


Nah, beberapa poin di atas adalah gambaran umum dari perkembangan anak dalam aspek pendengaran dan bicara. Namun pertumbuhan dan perkembangan setiap anak berbeda-beda. Bisa jadi ada anak yang masih berceloteh dan belum berbicara dengan jelas saat berumur 3 tahun. Hal ini juga bisa dipengaruhi oleh kurangnya stimulus bahasa di lingkungannya sehari-hari. Tapi jika Mom mulai cemas dengan perkembangan bicara sang buah hati, disarankan bisa langsung mengunjungi terapis wicara atau psikolog anak untuk hambatan perkembangan secara umum. Jika Mom merasa bawa ada tanda tanda gangguan pendengaran atau disabilitas lain pada anak, bisa juga mengunjungi UPTD (Unit Pelayanan Terpadu Daerah) yang umumnya tersedia di kabupaten dan kota kota besar untuk layanan konsultasi gratis. Semakin dini dikenali, semakin optimal intervensi dan dampak positif untuk sang anak ke depannya. Semoga membantu.. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Any questions ? :)

Identifikasi Dini Gangguan Pendengaran, Bisa Dimulai dari Rumah

Selamat pagi.. Akhirnya.. saya akan mulai aktif ngeblog lagi, tapi kali ini akan khusus seputar masalah kesehatan pendengaran dan ...